Jokowi Minta Revolusi Mental Diperluas - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Monday, November 26, 2018

Jokowi Minta Revolusi Mental Diperluas


Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendorong revolusi mental diperluas secara fungsional. Tidak hanya menyasar birokrasi, revolusi mental juga didorong untuk menyesuaikan perubahan seiring dengan revolusi industri 4.0.

"Karena Presiden minta untuk dorong revolusi mental secara lebih luas. Awalnya untuk birokrasi, tapi tadi beliau inginnya tidak hanya untuk birokrasi, tapi diperluas. Karena menurut beliau, perubahan, disruption yang terjadi, perubahan teknologi, industri 4.0, inovasi 4.0 yang terjadi sekarang memang seperti membuat takut, memberi tantangan, tapi sebenarnya membuka kesempatan," ujar President of United in Diversity Foundation (UID) Mari Elka Pangestu setelah bertemu dengan Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (26/11/2018).

Revolusi mental akan menyasar setiap lini di masyarakat. Hal ini sesuai dengan proyeksi pemerintah pada 2019, yaitu pembangunan sumber daya manusia.

"Jadi setiap lini di masyarakat. Tidak hanya di birokrasi yang harus berubah, tapi buruh juga harus berubah, pekerja harus berubah, dunia usaha harus berubah dan kita harus bisa membuat perubahan itu terjadi supaya kita bisa meraih kesempatan dengan disruption ini, supaya Indonesia bisa lead front. Tapi kuncinya kalau sekarang beliau bahas infrastruktur, sekarang infrastruktur manusia yang harus kita bangun," ucap Mari Elka.

United in Diversity Foundation memberikan saran, yakni perubahan cara berpikir demi terwujudnya revolusi mental. Setiap manusia harus lebih keras belajar mendengarkan dan merasakan.

"Dari merasakan, saya harus pergi mengalami, harus pergi ke tempat Anda atau melihat keadaan yang ingin diubah ini seperti apa. Jangan hanya dari kertas atau analisis, tapi harus alami sendiri, baru saya bisa mengapresiasi, membuka pikiran dan hati saya bahwa perubahan itu harus dikolaborasikan dengan semua yang akan terpengaruh/semua stakeholder. Kita harus bisa rasakan, pahami secara utuh, dan cari solusinya bersama," papar Mari Elka.
(jor/rvk)

No comments:

Post a Comment