Aksi Khilafah Muncul di Demo Mujahid 212 - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Sunday, September 29, 2019

Aksi Khilafah Muncul di Demo Mujahid 212

Aksi Khilafah Muncul di Demo Mujahid 212
Jakarta – Pemerintah harus menindak tegas kelompok Mujahid 212 yang katanya ingin melaksanakan aksi selamatkan NKRI, tetapi meneriakkan ‘kami ingin khilafah islamiyah‘. Mereka juga banyak membawa bendera HTI dan spanduk bertuliskan Indonesia berkah dengan Syariah Kaffah. Jelas aksi ini justru ingin menghancurkan NKRI karena tujuan mereka ingin mendirikan negara Islam.
Para kelompok penyanjung khilafah yang mengatasnamakan Mujahid 212 mencoba mencari muka dan memanfaatkan kesempatan dengan ikut menunggangi aksi mahasiswa. Mereka bahkan telah berani dan secara terang-terangan ingin menegakkan negara Islam. Oleh sebab itu, jangan lagi ada negosiasi atau prasangka baik terhadap kelompok seperti itu. Jangan beri kebebasan berpendapat bagi kelompok yang menginginkan khilafah ditegakkan dan jangan beri ruang bagi HTI untuk kenyebarkan ideologinya.
TNI-Polri sudah waktunya bertindak terhadap pihak-pihak yang mencoba menghancurkan NKRI. Sekarang adalah waktu yang tepat karena kadal gurun sudah semakin ngelunjak, serta secara terang-terangan ingin khilafah islamiyah dan syariah Islam ditegakkan. Mereka hanya menganggap ultimatum TNI-Polri hanya gertak sambal.
Fakta dilapangan para orator silih berganti meneriakan Khilafah serta mengibarkan bendera HTI di tengah-tengah aksi.”Bahwa Sudah sepakat para imam untuk wajib untuk mengangkat khalifah, karena khilafah akan mempersatukan umat islam. Khalifah inilah yang menerapkan syariat islam,” kata orator itu.
Orator Aksi Mujahid 212 juga menyakini Indonesia akan tetap terkena kesulitan dan bencana bila tak menerapkan sistem syariat Islam.
Bertolak belakang para mahasiswa menyangkal aksi mereka ditunggangi, biarlah begitu. Mungkin mereka belum mengerti atau terlalu polos memahami negeri ini. Atau bisa jadi mereka terlalu fokus pada apa yang mereka suarakan sampai melupakan kemungkinan adanya penunggang di antara mereka.
Kalau kemudian ada aktivis atau pengamat yang menganggap bahwa aksi mahasiswa bersih dari penunggang, ya biarlah begitu. Mungkin mereka melihat segala sesuatu dasi segi positif sampai lupa bahwa ada perumpamaan yang menyatakan serigala berbulu domba, penjahat menyamar seolah memperjuangkan kebaikan dan kebenaran.
Tetapi pada akhirnya mata mereka terbuka. Setelah kerusuhan terjadi dan korban berjatuhan karena mahasiswa dikondisikan bentrok dengan aparat, semua mengaku bahwa aksi mahasiswa ditunggangi.
Dari aksi-aksi mahasiswa itu kita ambil kesimpulan bahwa penunggang aksi mahasiswa itu bertujuan menimbulkan kerusuhan, kekacauan dan perbantahan di antara anak bangsa. Si dalang, bosnya penunggang, hanya ingin Indonesia kacau agar dari kekacauan itu ia meraih keuntungan. Katakanlah keuntungan itu adalah kekuasaan.
Aksi mahasiswa itu tidak berhasil dijadikan alat untuk memaksa mengacaukan Indonesia. Aksi tidak mencapai target, karena sudah keburu selesai. Tetapi apakah si dalang sudah selesai? Belum. Masih ada aksi-aksi lain yang menyusul sebelum aksi mahasiswa berakhir, sudah ada aksi lain yang direncanakan: Aksi parade Tauhid. Kali ini yang akan menjadi tumpangan adalah umat 212.
Sebenarnya aksi ini cukup lucu. Tidak ada angin tidak ada badai, mereka tiba-tiba seperti malaikat datang melakukan aksi dengan alasan yang kurang masuk akal. Atau bisa dikatakan tanpa aksi pun, alasan itu bisa dan bahkan mudah sekali dilaksanakan.
“Aspirasi itu antara lain menuntut kepulangan imam besar FPI habib Rizieq Shihab, tolak kebangkitan PKI dan persatuan umat Islam di Indonesia. Insya Allah akan hadir peserta sebanyak lima puluh ribu orang dari berbagai daerah dalam parade tauhid ini.” (Slamet Maarif, ketua PA 212, Moeslimchoice
Jadi kira-kira ada tiga alasan mereka mau mengadakan aksi yang tak masuk akal. Mengenai kepulangan Rizieq sebenarnya sudah jelas karena kebodohannya sendiri sampai overstay. Lalu mengenai PKI, tanpa dikatakan ditolak pun, undang-undang sudah melarangnya. Begitu juga dengan persatuan umat Islam di Indonesia, emangk ada yang terpecah. Tampak sekali alasan aksi itu yang penting ada dan yang penting aksi.
Sebenarnya tujuannya berbeda-beda juga. Kalau menurut Yahya Waloni, parade tauhid dilaksanakan demi agama Allah, bukan demi NKRI. Padahal katanya aksi parade tauhid demi selamatkan NKRI. Yang benar yang mana nih?
Tiba-tiba karena melihat perkembangan situasi, aksi ‘parade tauhid’ itu diubah menjadi ‘mujahid 212 selamatkan NKRI’. Kenapa ada perubahan? Katanya, karena menyikapi perkembangan. Tujuannya untuk menunjukkan umat Islam ikut dalam arus perubahan, ikut berkontribusi bagi perubahan Indonesia yang lebih baik.
Andai saya peserta aksi ini pasti akan sangat bingung karena aksi yang begitu besar berubah sehari sebelum aksi itu dilaksanakan. Tujuan, maksud dan tempat pun berubah hanya karena menyikapi situasi yang ada.
Mungkin bagi mereka yang merencanakan aksi ini, perubahan itu biasa saja. Toh sama-sama aksi. Tetapi bagi yang mau ikut, tentu berbeda sekali. Bisa jadi kemauan ikut aksi karena dianggap acara bela tauhid. Bagi yang lain mungkin lain lagi.
Nah kalau aksi berubah tujuan dan tempat hanya karena menyikapi situasi, apa yang terbayang di benak Anda? Bisa jadi aksi ini memang hanya aksi untuk antisipasi jika aksi mahasiswa itu tidak mencapai tujuannya. Hal ini kelihatan karena perubahan yang menyikapi situasi. Atau bisa jadi pula aksi ini hanya ditujukan untuk memperkeruh suasana.
Sebab aksi besar seperti ini tentu membutuhkan perencanaan yang matang dan koordinasi yang rapi. Nah kalau kemudian aksi berubah nama, rute dan tempat sehari sebelum hari-H, apakah tidak lebih baik disebut aksi ini hanya aksi-aksian saja alias membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada peserta untuk bergerak tanpa koordinasi yang baik yang sangat berpotensi berbahaya bagi keamanan rute dan tempat serta masyarakat sekitarnya. Atau bisa saja didesain demikian tidak terkoordinasi agar memunculkan kekacauan?
Maka sebaiknya bagi para peserta, kalau masih merasa mencintai Indonesia dan diri Anda sendiri, lebih baik urungkan niatmu. Kalau pun kalau kamu sudah terlanjur di sana, maka lebih baik kamu mencari aman saja.
Kemudian karena perubahan nama, rute, tempat dan alasan aksi, bisa jadi memang aksi ini didesain menurut pemesan, bukan karena kemauan dan aspirasi peserta aksi.
Pesan saya kepada peserta aksi. Kalau Anda benar-benar masih punya harga diri dan mencintai Islam, maka sebaiknya jangan biarkan Anda disetir si dalang dan agamamu diperalat. Hanya mengingatkan saja sih

No comments:

Post a Comment