Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Hamli mengatakan media-media Islam moderat harus bersinergi dalam menghadapi narasi radikalisme.

"Media moderat harus satu suara melawan narasi yang ingin memecah belah Indonesia," ujar Hamli saat menjadi pemateri pada Sarasehan Media Moderat dan Perumusan Program Strategis Sindikasi Media Islam (SMI) di Jakarta, Selasa.

Ibarat pemain sepak bola, kata Hamli, setiap media Islam moderat mempunyai peran masing-masing, tetapi bekerja dalam satu tim.

Menurut Hamli, media Islam moderat yang tergabung dalam SMI sebaiknya mengambil peran dalam memberikan moderasi pemikiran agama dan Islam rahmatan lil alamin yang sejalan dengan NKRI.

Hal ini menurutnya sangat penting mengingat berbagai survei menunjukkan ada potensi menguatnya masyarakat yang menginginkan negara dengan ideologi agama tertentu.

Survei Alvara, misalnya, menyatakan 18,1 persen orang Indonesia ingin khilafah atau tidak mau NKRI, 42,47 persen ingin nasionalis religius, dan 39,43 persen ingin nasionalis.

Ia berharap keberadan media moderat bisa mengurangi persentase masyarakat yang pro khilafah di negeri ini.

Mantan Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mendukung kiprah SMI untuk berperan lebih besar dalam melakukan kontra narasi melawan kelompok radikal.

"Ini upaya positif untuk membangun suatu jaringan media yang selama ini bergerak untuk melawan isu-isu yang dibayangi pemahaman radikal," kata Yosep.