Potensi Pelemahan Rupiah Akibat Aksi 22 Mei 2019 - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Wednesday, May 22, 2019

Potensi Pelemahan Rupiah Akibat Aksi 22 Mei 2019


Kedamaian dan ketenangan Indonesia terusik pasca hasil pengumuman rekapitulasi KPU 21 Mei 2019 kemarin. Gangguan ini disinyalir menjadi salah satu penyebab merosotnya nilai tukar Rupiah.
Di sisi lain adanya sentimen global yang turut membayangi Rupiah mempartahankan posisinya.
Adapun nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.480 per dolar AS pada Selasa (21/5) sore. Dengan demikian, rupiah melemah 0,17 persen dibanding posisi Senin (20/5) yang di angka Rp14.455 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.462 per dolar AS atau menguat dibanding kemarin yakni Rp14.478 per dolar AS.
Akan tetapi Rupiah tak sednirian mengalami penurunan sebab pada hari yang sama sebagian besar mata uang utama Asia melemah. Contohnya saja Ringgit Malaysia melemah 0,23 persen, baht Thailand melemah 0,22 persen, dan dolar Singapura melemah 0,18 persen.
Selain itu, mata uang negara maju juga melemah terhadap dolar AS seperti dolar Australia sebesar 0,53 persen, poundsterling Inggris sebesar 0,25 persen, dan euro sebesar 0,2 persen.
Aksi massa 22 Mei diperkirakan akan terus membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi atau melemah dalam.
Peneliti Insitute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengatakan, rupiah akan kembali mengalami koreksi. Seperti diketahui, dalam beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan yang cukup besar.
“Rupiah diperkirakan kembali alami koreksi ke 14.500 per dolar AS hingga 14.600 per dolar AS paska 22 Mei,” kata dia seperti dilansir dari Merdeka.com, Selasa (21/5).
Aksi 22 Mei 2019 jelas berkontribusi terhadap pelemahan rupiah, karenanya aksi tersebut tidak bermanfaat bagi perkembangan bangsa, bahkan rupiah bisa semakin lemah jika gesekan dan polemik Pemilu terus dilanjutkan dengan menurunkan massa ke jalan.
Bagaimanapun saat ini rupiah masih diserang dari dalam negeri dan luar negeri, selain rupiah juga tertekan karena Gubernur The Fed Jerome Powell secara tidak langsung menentang kebijakan pemangkasan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Tekanan lain pun datang dari eskalasi perang dagang yang kian mengkhawatirkan setelah AS menindak keras China Huawei Technologies.
“Meski khawatir perdagangan AS-China dapat memburuk, namun ketegangan antara AS dan China sedikit mereda di hari ini,” jelas Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim.

No comments:

Post a Comment