Waspada Radikalisme Di Tengah Pandemi Covid-19 - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Thursday, June 11, 2020

Waspada Radikalisme Di Tengah Pandemi Covid-19


Pandemi Covid-19 yang melanda negeri ini selama berbulan-bulan, dimanfaatkan dengan baik oleh kaum radikal. Mereka membuat hoax dan sengaja menyebarnya agar masyarakat percaya bahwa kinerja pemerintah kurang baik. Kita harus waspada dengan paham ini karena kaum radikal bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya.
Kaum radikal adalah kumpulan oknum yang suka membuat teror dengan mengebom di tempat umum, demi mendapatkan tujannya, yakni membuat negara tanpa azas pancasila. Mereka ingin membuat negri dengan hukum syariat. Padahal hal ini tidak sesuai dengan hukum di Indonesia.
Jika dulu teroris membuat kerusuhan dengan melempar bom molotov dan granat, maka sekarang mereka lebih bermain di dunia maya dengan menyebar berita bohong alias hoax. Kaum radikal paham bahwa masyarakat Indonesia lebih sering mengakses internet di tengah pandemi Covid-19, karena untuk mengisi waktu selama stay at home. Selain itu, berita di media online juga bisa lebih masuk ke alam bawah sadar, karena diakses dalam kondisi otak yang rileks. Padahal berita itu belum tentu benar.
Salah satu berita yang di-blow up oleh kaum radikal adalah sindiran mereka terhadap pemerintah yang dianggap kurang becus dalam mengatasi pasien corona. Dilaporan ada lebih dari 900 kasus pasien Covid-19 baru, setelah dibukanya era the new normal. Padahal pencatatan pasien baru ini terjadi karena gencarnya tes spesimen di banyak daerah di Indonesia.
Selain itu, tuduhan kaum radikal terhadap pemerintah yang sedang hot  adalah penggunaan dana haji untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Memang dollar Amerika sempat meroket hingga ke angka hampir 15.000, dan sekarang bisa turun jadi 13.000-an. Namun ini karena hasil kerja keras tim yang menangani masalah finansial, bukan karena gelontoran dana haji. Itu adalah sebuah fitnah yang kejam. Buktinya dana haji yang tidak terpakai, bisa diambil lagi oleh para calon jamaah yang gagal berangkat tahun ini.
Masalah haji juga jadi pemberitaan akhir-akhir ini, karena mentri agama memutuskan untuk tidak memberangkatkan jamaah dari Indonesia. Sontak kaum radikal memanfaatkan momen ini untuk membuat hoax bahwa pemerintah melarang rakyatnya untuk melakukan ibadah wajib. Padahal pelarangan ini terjadi karena kita masih ada dalam pandemi Covid-19. Daripada membawa virus corona ke negara lain, maka lebih baik tidak mengambil resiko dengan memberangkatkan calon jamaah haji.
Jika memang jamaah merasa sehat dan mampu untuk berhaji, maka juga harus dipikirkan mengapa ada larangan. Ketika naik haji, aktivitas di Mekah dan Madinah sangat padat dan kebanyakan jamaah hanya bisa tidur selama kurang dari 6 jam. Dikhawatirkan mereka jadi kelelahan dan ketika imunitas turun, akan mudah tertular virus Covid-19.
Jangan mudah terprovokasi oleh kaum radikal yang semakin cerdik dalam memanfaatkan momen di tengah pandemi. Mereka sudah main halus dengan memanfaatkan dunia maya dan mempengaruhi banyak orang. Padahal kaum radikal bertujuan untuk menumbangkan pemerintahan dan membuat negara sekehendak mereka sendiri. Jadi memang lebih sering memaki-maki pemerintah dan membuat narasi berita hoax yang seolah-olah benar, padahal salah besar.
Seorang mantan teroris bernama Machmudi Haryono dalam sebuah seminar mengungkapkan cara agar tidak terjebak radikalisme. Caranya adalah dengan membandingkan berita yang kita kira hoax dengan berita lain dari media yang lebih kredibel. Karena kebanyakan hoax memakai gambar dari berita lain atau mengedit judul dengan tujuan menghasut masyarakat agar turut membenci pemerintah.
Di tengah pandemi Covid-19, muncul banyak hoax yang dibuat oleh kaum radikal. Mereka memanfaatkan berita yang memuat kebijakan pemerintah tapi kemudian dipelintir dan disebarkan ke situs lain maupun grup WA. Jika memang ada berita yang mencurigakan, cek saja ke situs pemeriksa hoax untuk mengetahui kebenarannya.

No comments:

Post a Comment