Rocky Gerung Menghina Simbol Negara Pantas Dihukum - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Friday, December 6, 2019

Rocky Gerung Menghina Simbol Negara Pantas Dihukum


Rocky Gerung dianggap menistakan Pancasila serta menghina Presiden Jokowi. Bahkan secara tak langsung dirinya mengakui anti Pancasila. Agaknya Rocky Gerung punya nyali sehingga Polisi perlu untuk memeriksanya sesuai ketentuan yang berlaku.
Kebaikan dan keramahan Presiden Jokowi kemungkinan dimanfaatkan oleh sejumlah pihak. Bukan kali pertama pemimpin Zamrud Khatulistiwa ini dihina. Masih terasa dalam ingatan kala seorang dengan status kepegawaian melecehkan Presiden Jokowi. Perempuan yang telah diperingatkan oleh suaminya ngotot posting kalimat dengan nada memfitnah. Lucunya, ketika akan diusut pelaku menangis dan meminta maaf.
Ada lagi, waktu itu seorang anak lelaki yang menghina Jokowi melalui media sosial. Tak ayal karena masih dibawah umur, orang tua pelaku yang harus meminta maaf. Alih-alih memberikan hukuman, presiden Jokowi malah memberikan sejumlah bantuan. Mungkin masih ada kasus-kasus penghinaan yang memang tak tersentuh media serta tak digubris oleh orang nomor satu di Indonesia ini.
Dan kini kasus tersebut berulang, mirisnya hal ini datang dari seorang filsuf, akademisi, intelektual yang notabene “pintar” untuk takaran seorang masyarakat. Kemungkinan lidah sang pesilat lidah ini lagi keseleo hingga mengungkapkan kata-kata yang terkesan menghakimi seseorang. Atau memang dirinya sedang menantang dan punya nyali?
Sebelumnya, Tagar Rocky Gerung Menghina Presiden ramai di media sosial Twitter. Tagar tersebut muncul karena Rocky Gerung dinilai telah menghina Presiden Joko Widodo. Dengan menyebutnya sebagai seorang yang tak paham Pancasila, tudingan ini disampaikan dalam tayangan sebuah acara berskala publik yakni Indonesia Lawyers Club (ILC). Awalnya Rocky menyatakan jika Pancasila merupakan ideologi yang gagal.
Rocky menganggap bahwa Pancasila bertentangan dengan sila-silanya. Ia juga menyebutkan dengan bangga pernah membuat riset akademis yang kuat terkait Pancasila, yang mana disebutnya bukanlah ideologi dalam konsep akademik. Asumsinya makin menjadi dengan merincikan tak sinkronnya sila-sila dalam ideologi Indonesia ini.
Rocky makin berani, mengungkapkan bahwa rakyat Indonesia tidak ada yang bersifat Pancasilais, termasuk Presiden Jokowi. Dia turut menekankan bahwa Jokowi hanya hafal Pancasila akan tetapi tidak memahaminya. Dirinya menambahkan, jika semua rakyat,  aparatur negara hingga presiden paham Pancasila tentunya tidak akan berhutang serta menaikkan BPJS.
Sebagai seorang intelek, harusnya tahu dong! Mengapa BPJS dinaikkan? Termasuk terjadinya kesenjangan antara pihak yang membayar dan tidak. Tahulah, negara tengah berbenah demi memberantas tikus-tikus berdasi yang mengakibatkan negara merugi dan memiliki hutang yang tinggi. Jika saja Presiden Jokowi bukanlah Pancasilais, tentunya dia tak akan memimpin negara dengan berbagai tanggung jawab di pundaknya.
Jokowi harusnya “bebas” memberikan perintah sesuka hati, toh seperti kata Rocky tak ada yang bisa menghakimi orang yang tak Pancasilais, bukan? Agaknya, kini orang-orang pinter  macam Rocky ini makin keblinger. Mereka seolah menganggap dirinya mengerti apa-apa yang dia dalami. Merasa sok tahu meski hanya kuat di pendapat, namun melarat di tekad.
Seharusnya sang negarawan yang bijak itu mampu membantu pemerintahan menjaga tatanan negara menjadi lebih baik. Bukan malah memperkeruh suasana, tak ubahnya dia sendiri yang paling mengerti tentang negeri ini. Sebagai informasi, Kasus paling kontroversial yang pernah dilakukan Rocky ini ialah lantang berceloteh bahwa kitab suci adalah fiksi. Wah, sepertinya Si Rocky ini tak memiliki agama, atau memang dirinya dangkal akan hal ini?
Sadar jika omongan Negarawan ajaib ini akan menjadi masalah, pembelaan datang dari Partai Demokrat. Partai yang identik dengan warna biru meminta agar pernyataan Rocky tak usah diperpanjang. Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon menjelaskan masih ada yang lebih penting dari ocehan tersebut. Ia juga menyatakan negara sudah terlalu capek atas memanasnya situasi Pilpres kemarin. Belum lagi ditambah isu-isu lainnya yang membuat negara makin ruwet. Bisa jadi hal ini merupakan wujud perlindungan organisasi terhadap anggotanya yang dinilai keliru.

Namun, seyogyanya sang pesilat lidah yang dianggap berpengalaman, pandai, dan identik dengan etikanya justru melakukan sebuah hinaan. Apalagi ini ditujukan untuk pemimpin negara. Seorang publik figur  ini malah terkesan menyesatkan dengan statemen, retorika dan propagandanya. Padahal, orang yang ditokohkan itu mestinya orang yang sangat terpelajar, arif dan juga bijaksana. Betul-betul sesuatu yang memprihatinkan!

No comments:

Post a Comment