3 Hoax Seputar Kesehatan yang Meresahkan, Tapi Masih Banyak Disebarkan - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Tuesday, October 22, 2019

3 Hoax Seputar Kesehatan yang Meresahkan, Tapi Masih Banyak Disebarkan




Jakarta - Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), Septiaji Eko Nugroho, mengatakan hoaks seputar isu kesehatan merupakan yang paling banyak ketiga setelah hoaks isu politik dan agama. Oleh karena itu, informasi hoaks harus dilawan karena tidak hanya berbahaya bagi individu tapi juga masyarakat secara luas.

Septiaji menyebutkan beberapa contoh hoaks terkait obat dan makanan yang sempat viral dan menimbulkan keresahan serta kecemasan di masyarakat. Berikut beberapa di antaranya :

1. Virus HIV-AIDS dalam makanan kalengan impor

Pesan ini berisikan informasi bahwa para pekerja positif HIV-AIDS tempat makanan tersebut dibuat, memasukkan darah mereka ke dalam makanan kalengan tersebut. Pesan ini beberapa kali viral, padahal BPOM sudah pernah mengklarifikasi bahwa pesan ini tidak benar.


2. Meninggal setelah makan coklat dan mie

Dalam pesan hoaks yang sempat viral sejak tahun 2017 ini, dikatakan bahwa seorang wanita mendadak meninggal dengan kelima panca indera mengeluarkan darah. Hal ini dikatakan terjadi karena wanita tersebut makan coklat setelah makan mie goreng. Sama dengan pesan HIV-AIDS dalam makanan kalengan impor, pesan ini juga viral berulang kali meski sudah dinyatakan hoaks atau tidak benar.

3. Vaksin MMR sebabkan autisme

Beberapa waktu lalu sempat ramai diperbincangkan sebuah penelitian yang mengatakan bahwa vaksin MMR untuk mencegah penyakit campak, gondong dan rubella dapat menyebabkan autisme pada anak. Terkait informasi ini, dr Piprim B Yanuarso, Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan pada detikcom beberapa waktu lalu, bahwa hal tersebut tidak benar. Bahkan, angka pengidap autisme lebih besar pada kelompok yang tidak mendapat vaksin MMR.

Menurut Septiaji, memang menghadapi informasi hoaks ini membutuhkan proses edukasi yang tidak sebentar. Literasi kesehatan yang terbuka dan tersosialisasikan dengan baik diperlukan.

"Isu literasi kesehatan ini kadang cuma terbatas di kalangan tertentu saja. Nah, ini sebaiknya kita buka percakapan di publik sehingga mereka memiliki imunitas yang baik terkait isu kesehatan. Setidaknya mereka bisa lebih kritis ketika mendapatkan informasi terkait kesehatan, obat, atau makanan," pungkasnya.

Sumber

No comments:

Post a Comment