Kasihan Prabowo-Sandi Cuma Dimanfaatkan Sebagai Kendaraan PA 212 - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Thursday, July 18, 2019

Kasihan Prabowo-Sandi Cuma Dimanfaatkan Sebagai Kendaraan PA 212


Dimanfaatkan itu sangat menyakitkan apalagi setelah hal itu terungkap. Begitulah kenyataan yang sekarang harus diterima Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pascakekalahannya di Pilpres 2019 akhirnya mereka dimuntahkan bagai kotoran yag sudah tak berguna oleh Persaudaraan Alumni 212.
Sadar tidak sadar Prabowo-Sandi harus mengakui kalau selama ini mereka hanya dimanfaatkan oleh gerombolah pemuja kebencian.
Hal itupun terungkap setelah PA 212 mengakui bahwa selama ini kelompok pembenci Jokowi itu sudah tak membutuhkan Prabowo-Sandi. Mereka menyebut sudah tidak berguna dan tidak efektif lagi menyalurkan kepentingan PA 212.
“Anytime you have anyone who thinks he or she has God in their pocket, you have the potential for disaster, … Throughout history, the claim that God is on your side has been used to justify any action, no matter how violent or destructive” –Charles Kimball.
Soal manfat-memanfaatkan dalam dunia politik bukan hal aneh. Tapi, sepanjang sejarah, yang paling memuakkan adalah perselingkuhan antara agama dengan politik. Memuakkan karena kepentingan politik kemudian dibalut ayat-ayat agama untuk melegitimasi atau sebaliknya, mendelegitimasi pihak lain.
Lalu, ketika kemudian kita mendengar berita bahwa PA 212 menyebut Prabowo-Sandi dan BPN sebagai “alat kendaraan” bagi PA 212 untuk kepentingan mereka sendiri, semestinya kita tidak kaget. Toh, dari awal pun, mereka memiliki kepentingan tertentu, dan mungkin mereka merasa kendaraan yang tepat untuk mereka ya, Kubu Prabowo-Sandi.
Di awal kemunculannya, PA 212 menyebut bahwa mereka murni syariah. Adalah Usamah Hisyam Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) memilih mundur dari jabatan Anggota Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212. Pasalnya, menurut Usamah, PA 212 sudah menyimpang atau berubah arah gerakan dari yang tadinya murni syariah menjadi politik praktis.
Pria yang pernah berperan mempertemukan alumni 212 dengan Presiden Joko Widodo, April lalu, mengaku kecewa dengan PA 212. Ia menilai semangat membela agama yang kental pada Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 kini luntur. Gerakan Islam ini, katanya, sekarang telah terkontaminasi dengan politik praktis.
Setelah Pilpres selesai, keputusan MK keluar, terlebih pertemuan Jokowi-Prabowo terealisasi, makin jelaslah siapa sesungguhnya mereka.
Mereka sekarang berterus terang, apa yang menjadi tujuan mereka mem-“back-up” Prabowo-Sandi. Secara terang-terangan, Ketua PA 212 Slamet Maarif menegaskan bila partai politik, Badan Pemenangan Nasional (BPN) dan Prabowo – Sandi menjadi alat kendaraan bagi PA 212 untuk kepentingan PA 212.
“Karena kemarin kita ikut dalam perpolitikan sebagai alat dan perjuangan kita” kata Slamet Maarif, Senin (15/7/2019).
Slamet Maarif meminta agar para alumni PA 212 berhenti memberikan dukungan terhadap Prabowo – Sandi dan mencari kendaraan lainnya yang baru untuk ditunggangi.
“Kalau alatnya sudah macet, kalau kendaraannya sudah rusak ya jangan dipaksain. Kalau kendaraannya sudah mogok ya jangan dipaksain kita naik, turun bareng-bareng cari kendaraan lain” ungkap Slamet Maarif.
Hal itu memperjelas bahwa agama dijadikan kuda tunggangan atau kendaraan politik oleh PA 212.
Sikap PA 212 adalah praktik yang berbahaya dan diharapkan kenyataan Prabowo-Sandi sebagai kendaraan politik dapat membuka mata masyarakat agar tidak lagi muda terprovokasi karena agama.

No comments:

Post a Comment