Presiden Jokowi Minta NU Ikut Merespons Isu Larangan Azan dan Perkawinan Sejenis - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Wednesday, February 27, 2019

Presiden Jokowi Minta NU Ikut Merespons Isu Larangan Azan dan Perkawinan Sejenis


Dalam kesempatan membuka Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahladul Ulama ke-2, di Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (27/2) siang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyinggung maraknya penyebaran berita bohong atau hoaks dengan fitnah-fitnah menjelang hajatan besar Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) bulan April mendatang.
“Saya titip ini harus betul-betul direspons dengan baik oleh NU, terutama kalau ada fitnah-fitnah, isu-isu yang dari pintu ke pintu. Sudah dari pintu ke pintu, dari rumah ke rumah,” pesan Presiden.
Kalau yang disampaikan kebaikan-kebaikan, ajakan kebaikan, Presiden mempersilakan tidak apa-apa. Tapi kalau yang disampaikan adalah hal-hal yang meresahkan, yang mengkhawatirkan masyarakat, Presiden meminta ini yang harus dicegah dan harus direspons.
“Kita harus berani merespons ini,” tegas Presiden.
Presiden menunjuk contoh hoaks pemerintah akan melarang azan. Diakui Presiden logikanya enggak masuk. Tapi dari survei, ternyata sembilan juta lebih masyarakat itu percaya.
“Ini survei ilmiah loh. Saya sudah berbisik-bisik pada Profesor Kiai Haji Ma’ruf Amin mengenai ini, bagaimana mencegah ini,” ucap Presiden.
Demikian juga terkait hoaks pemerintah akan melegalkan perkawinan sejenis. Presiden mempertanyakan  apa lagi ini? Kalau hal-hal seperti ini tidak direspons dan semua diam, menurut Presiden, masyarakat akan termakan.
Ia mengingatkan, sesuai survei sembilan juta lebih masyarakat percaya mengenai itu. Karena itu, Presiden Jokowi menegaskan, dirinya juga harus bicara.
“Kalau yang percaya hanya 20-30 kita diamkan tidak apa-apa tapi kalau sudah jutaan seperti itu harus direspons dan dijelaskan kepada umat, kepada santri-santri kita, kepada lingkungan-lingkungan kita,” ucap Presiden seraya menegaskan, ini adalah sebuah kabar yang menyesatkan, yang berbahaya bagi keutuhan kita berbangsa dan bernegara.


No comments:

Post a Comment