ICMI: Aksi 212 Tidak Produktif Lagi - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Friday, November 30, 2018

ICMI: Aksi 212 Tidak Produktif Lagi


Jakarta – Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia  (ICMI), Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa Aksi 212 sudah tidak produktif lagi. Aksi yang pertama kali digelar untuk memprotes mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 2016 lalu, termasuk klasifikasi politik kerumunan atau crowd politic.

“Itu dakwah yang tidak produktif,” kata Jimly di  di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (29/11).

Menurut Jimly, dakwah produktif yakni mengajak umat Islam untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk mengkaji ilmu agama dan saling mengingatkan untuk berbuat baik terhadap sesama.

“Maka kalau boleh memberi saran kepada tokoh-tokoh masyarakat, kembalilah kepada semangat dakwah supaya kita memperbaiki dengan dakwah,” ujarnya.

“Saya sebagai Ketua Umum ICMI mengingatkan, ini tidak produktif kalau terus menerus,” tegas Jimly.

Bentuk pengerahan massa dalam rangka berekspresi seperti itu tidak dilarang, namun menjadi tidak produktif jika dilakukan berulang. Aksi Reuni 212 tidak perlu dilakukan karena tidak memberikan dampak positif bagi umat Islam di Tanah Air.

Jimly  mengajak umat muslim untuk lebih mengerahkan energi mereka terhadap hal yang jelas bisa memberi manfaat kepada banyak orang. Hal itu, misalnya, dengan meningkatkan kualitas pribadi dan berkontribusi untuk kemajuan bangsa.

“Sekarang umat Islam itu harus makin meningkatkan kualitas, membanggakan kualitas sumber daya manusia, menguasai Iptek, sekaligus memiliki iman dan takwa yang kuat. Dan bekerja, berjuang secara terorganisir untuk kemajuan bangsa,” kata Jimly.

Sementara itu, Ketua PBNU, Robikin Emhas yang mengingatkan kepada semua pihak agar tidak ada politisasi agama dalam kegiatan Reuni 212.

“Kalau kegiatan itu dimaksudkan sebagai ajang silaturahim, silakan saja. Toh itu bagian dari upaya mempererat persaudaraan di antara sesama umat Islam,” kata Ketua PBNU Robikin Emhas di Jakarta, Kamis (29/11).

Menurut Robikin, silaturahim adalah perintah agama. Namun demikian, harus dilakukan dengan tetap menjujung tinggi adab dan tata cara bersilaturahim. Jangan sampai niat baik mempererat silaturahim, meningkatkan ukhuwah islamiyah dalam forum Reuni 212 justru merusak ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah.

“Oleh karena itu, tolong jaga ucapan dan tindakan, jaga ketertiban dan jangan mengungkapkan kalimat yang dapat dimaknai sebagai ujaran kebencian, serta jangan ada adu domba,” katanya.

Selain itu, lanjut Robikin, upaya memperkokoh ukhuwah islamiyah tidak boleh dicederai dengan melakukan tindakan-tindakan yang berpotensi merusak harmoni sosial sebagai sesama warga negara (ukhuwah wathaniyah) maupun warga dunia sebagai sesama anak manusia (ukhuwah insaniyah).

Dalam bingkai NKRI,  agama hendaknya sebagai inspirasi di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelenggaraan negara, bukan sebagai aspirasi.  Oleh karena itu, tambah Robikin, agama harus untuk pemuliaan harkat dan martabat kemanusiaan, untuk meningkatkan etos kerja dan daya saing sebagai bangsa serta mempertinggi peradaban dunia.

“Bukan menempatkan agama sebagai alat meraih suara dalam politik elektoral,” kata Robikin.

No comments:

Post a Comment