Ma’ruf Ulama Moderat Secara Pemikiran, Identitas Ulama Bersarung Melekat Meski Berada Di Singapura - Stop Fitnah dan Hoax

Breaking

Monday, October 22, 2018

Ma’ruf Ulama Moderat Secara Pemikiran, Identitas Ulama Bersarung Melekat Meski Berada Di Singapura


JAKARTA – Calon wakil presiden pasangan Joko Widodo, Ma’ruf Amin, menunjukkan identitasnya dan jauh dari pencitraan. Ma’ruf saat mengisi kuliah umum di Hotel Mandarin, Singapura yang digelar S. Rajaratnam School of International Studies-Nanyang Technological University, tetap menggunakan sarung, ciir khas ulama Indonesia.
Tidak heran jika saat membuka kuliah, Ma’ruf berkelakar. “Mungkin pertama kali ada pemakalah di kesempatan (public lecture) ini yang memakai sarung,” kata Ma’ruf. Mendengar demikian, sontak hadirin tertawa.
Ma’ruf kemudian menjelaskan, sarung yang dikenakan merupakan identitasnya sebagai ulama. “Saya kebetulan sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan juga Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Jadi, sarung ini (salah satu) pakaian ulama Indonesia,” lanjut dia.
Ma’ruf menceritakan kembali pengalamannya saat diminta Joko Widodo menjadi calon wakil presidennya. Usai “dipinang” Jokowi, Ma’ruf mengaku sempat bertanya, “Pak Jokowi, apa saya harus ganti kostum?”.
Menurut Jokowi, Ma’ruf tidak perlu mengubah penampilan. Ia menyarankan Ma’ruf tampil apa adanya sebagai ulama.
“Karena itu, saya di manapun, sepanjang tidak dilarang, saya akan memakai sarung ya. Walaupun saya juga punya celana,” lanjut Ma’ruf disambut tawa hadirin.
Pada kuliah tersebut, Ma’ruf menjelaskan mengenai Islam Wasathiyah. Ma’ruf mengatakan, Islam jalan tengah alias moderat itu sudah lama dianut masyarakat Indonesia.
“Dengan pandangan Islam Wasathiyah yang moderat itu, kalangan Islam dan kalangan Nasional bisa menyatu dengan menyepakati Pancasila dan UUD 1945 dan kemudian melahirkan NKRI,” papar Ma’ruf.
Namun, kata dia, dalam perkembangannya, Islam moderat dihadapkan pada tantangan paham keagamaan ekstrimis, terlebih setelah munculnya ISIS tahun 2014.
“Maka kita harus mengembalikan lagi, menguatkan lagi paham Islam Wasathiyah, untuk mengembalikan pada prinsip berbangsa dan bernegara. Istilah saya, ‘ar-ruju ilal mabda, kembali ke basic, ke pangkal lagi, seperti waktu pendiri bangsa mendirikan NKRI,” kata Ma¿ruf.
Ma’ruf juga sempat menemui Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, di Istana Singapura. Ma’ruf berbincang dengan PM Lee, tentang persoalan yang dihadapi, seperti pentingnya membangun ekonomi berkeadilan, menangani disparitas kaya miskin, juga disparitas antar daerah.
Ma’ruf dan Lee juga berbicara tentang kerja sama kedua negara. Ma’ruf kemudian menghadiri jamuan makan malam oleh Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, dan Menteri Negara Senior Malik Osman, Di Hotel Grand Hyatt, Singapura.
Selanjutnya Ma’ruf juga bertemu sejumlah perwakilan masyarakat Indonesia di Singapura, Selasa malam, di Gedung KBRI Singapura, Chatsworth Road, Singapura, yang dihadiri Dubes RI untuk Singapura, I Wayan Ngurah Swajaya, serta Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, yang juga Ketua Umum Partai Golkar.
Kiai Ma’ruf berpesan kepada warga Indonesia agar bisa menyampaikan wajah Indonesia yang rukun, santun dan bersahabat. “Saya berharap terutama dalam menghadapi Pilpres yang akan datang tidak terjadi konlik akibat perbedaan pilihan, sehingga dapat menjaga keutuhan dan prilaku terpuji sebagai bangsa yang besar dalam rangka menjaga hubungan baik antara Indonesia dengan Singapura,” katanya.

No comments:

Post a Comment